PROPOSAL
Program Penanaman Pohon Aren
Di kawasan Desa Umpungeng.
1.
Pengantar .
Saat ini kami mencanangkan konservasi
kawasan Umpungeng melalui pembibitan dan penanaman pohon aren. Sasaran kami
adalah mengembalikan fungsi utama kawasan ini sebagai daerah resapan air yang
akan mensuplai kebutuhan pengairan di sekitar Kabupaten Soppeng melalui sungai
Walennae. Kami mengajak partisipasi anda dengan cara yang anda bisa. Anda bisa
menyampaikan donasi anda dalam bentuk
tanaman atau dana. Kami akan mengelola setiap kepercayaan yang diberikan
secara transparan dan akuntabel di bawah pengawasan Konsultan Lingkungan.
Sebagai kawasan resapan air untuk
mensuplai kebutuhan pengairan di Kabupaten Soppeng dan sekitarnya, Umpungeng
juga dikenal sebagai sentra produsen gula aren. Dua peran inilah yang kemudian
mendorong kami untuk bergerak menyusun rencana sederhana yakni kegiatan
konservasi lingkungan dengan program “Gerakan
Menanam Sejuta Pohon Aren” Kegiatan
ini sekaligus menjadi momentum yang tepat untuk mengembalikan fungsi utama
kawasan Umpungeng sebagai kawasan resapan air melaui budidaya pohon hebat yang
selama ini telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
2. Tujuan Program .
Tujuan dari program ini secara
garis besar terdiri dari beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini,
yaitu:
1)
Konservasi untuk menjaga Umpungeng sebagai kawasan resapan
air
2)
Mengembalikan potensi kawasan Unpungeng sebagai sentra gula
areng.
3)
Membangun budaya menanam pohon bibit aren bagi masyarakat,
yang selama ini hanya mengandalkan pembibitan alami dari sebaran yang dilakukan
oleh binatang yang hidup di hutan.
4)
Memberi peluang alternatif usaha bagi warga untuk
mendapatkan upah / penghasilan sehingga dapat mengurangi aktifitas yang dapat
merusak hutan.
5)
Memberdayakan masyarakat lokal melalui usaha kerajinan yang
berbahan dasar pohon enau seperti kerajinan sapu ijuk, sapu lidi, kolang
kaling, minuman nira dan gula aren.
3.
Pelaksanaan Program
Program ini sepenuhnya akan dilaksanakan
oleh warga di bawah kontrol tim yang dibentuk oleh Umpungeng Ecovillage berbasis Masjid (Remaja
Masjid) , mulai dari pembibitan, penanaman sampai perawatannya. Saat ini kami
terus mengedukasi warga bagaimana mecintai lingkungan, mengenali keunggulan
pohon enau yang sudah menjadi sumber mata pencaharian selama bertahun-tahun secara
turun temurun ini, membudidayakannya, mengelolanya secara efektif dan efisien
hingga cara pengemasan produk-produk yang dihasilkan oleh pohon aren sehingga
layak bersaing.
Di samping partisipasi warga,
kami juga mengharapkan partisipasi masyarakat umum yang memiliki kepedulian
lingkungan untuk turut serta dalam proyek amal jariyah ini. Khusus kepada
lembaga pendidikan yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, kami
berharap agar para pengelola lembaga pendidkan selaku lokomotif pengkaderan generasi
muda INDONESIA agar mengajak para siswa-siwi atau mahasiswa nya untuk terlibat
dalam kegiatan menanam pohon enau di kawasan Umpungeng.
Tujuan utama kenapa generasi muda
menjadi prioritas dalam proses edukasi dan penyadaran lingkungan ini adalah:
- Kegiatan menanam pohon dapat dijadikan tradisi bagi
anak-anak sekolah sebagai upaya membangun karakter yang berwawasan lingkungan.
- Kegiatan ini dapat dirasakan langsung oleh anak-anak usia
sekolah sebagai kegiatan yang menyenangkan dan berkesan positif hingga kelak di
usia dewasa. Melalui pembiasaan menanam pohon ini juga, para generasi muda
paling tidak akan mencintai petani atau mencintai dunia pertanian. Dengan
demikian profesi Petani tidak lagi dipandang sebagai profesi rendahan yang
tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik.
- Kegiatan menanam dapat dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler
yang sarat pendidikan dan manfaat.
Sebagai motivasi
untuk kita semua, marilah kita renungkan beberapa Haditz dari Rasulullah SAW
tentang betapa mulia dan agungnya seorang anak manusia yang gemar menebar benih
tanaman atau menanam pohon. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka
terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang
mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan
kebaikan baginya”. [HR. Muslim]
Tidak terbantahkan lagi bahwa menghijaukan
lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah
bagi kita, walau telah meninggal selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam
pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan,
kecuali ia akan mendapatkan pahala sedekah karenanya”. [HR. Al-Bukhoriy]
Seorang muslim yang menanam
tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah SWT, sebab tanaman tersebut akan
dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati.
Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan
yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan
pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Rasulullah SAW bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang
menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi
sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan
oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi
sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan
menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan
menjadi sedekah baginya” . [HR. Muslim]
Penghijauan alias Reboisasi
merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia
dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Jika demikian banyak manfaat
dari reboisasi alias penghijuan maka tak
heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan
menanaminya sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits lainnya
yang berbunyi:
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari kiamat telah tegak,
sedang di tangan seorang di antara kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia
mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad]
Rasulullah SAW tidak mungkin
memerintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yang genting dan
sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting, dan besar
manfaatnya bagi seorang manusia. Semua ini menunjukkan tentang keutamaan “Go
Green” alias program penghijauan. Begitu besarnya manfaat dari kegiatan
konservasi ini, tanah yang dahulu kering kerontang bisa berubah menjadi tanah
subur. Sungai yang dahulu kering, dengan reboisasi bisa berubah menjadi berair.
Rasulullah SAW pernah bersabda dalam
sebuah riwayat yang shohih,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
“Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah Arab menjadi tanah
subur, dan sungai-sungai”. [HR. Ahmad]
4.
Teknis pelaksanaan .
Secara ternis pelaksanaan “Program
Penanaman sejuta pohon Aren” akan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
- Warga Desa Umpungeng secara swadaya melakukan pembibitan buah enau unggulan
hingga usia 1 tahun.
- Dana investasi jariyah yang terkumpul dari partisipasi
masyarakat umum akan dikelola oleh panitia yang di bentuk oleh Kepala Desa.
- Bibit pohon aren milik warga akan dibeli dengan harga Rp.
15.000,- / pohon (pohon + tanam + rawat).
- Pohon yang sudah dibeli oleh panitia selanjutnya ditanam
oleh warga secara gotong royong atau perorangan di atas lahan milik pemerintah
atau milik warga yang sudah mendapat persetujuan.
- Perawatan tanaman akan dilakukan oleh warga pemilik bibit
tanaman selama satu tahun di bawah kontrol Pemerintahan Desa Umpungeng bekerja
sama dengan Remaja Masjid Umpungeng.
- Pertanggung jawaban publik atas dana yang dikelola serta
perkembangan Program kegiatan konservasi tanaman 1 juta pohon enau akan kami
publikasikan lewat Official Blog http://umpungengecovillage.blogspot.com. Dan yang pasti semua program amal jariyah ini
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Pemilik alam semesta.
5. Profile Tanaman hebat
bernama AREN
.
Nama latinnya bernama Arenga
Pinata Palm, masyarakat pada umumnya mengenal dengan nama pohon aren. Sudah
sejak lama jenis tanaman ini dikenal sebagai pohon yang dapat menghasilkan bahan-bahan
untuk industri kerajinan. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang
mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh
oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan
permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren,
masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak
ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar
(untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), ijuk (untuk
kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus). Demikian pula
hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
dan minuman.
Permintaan produk-produk yang
dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan
pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren
mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.
Saat ini telah tercatat ada empat
jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr,
Arenge undulatitolia Bree, Arenge Westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc.
Di antaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge
piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau
pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Di samping masih
luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di
dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus
meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut
melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.
6. Mengenal Aren
A. Bentuk Pohon,
Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae
(pinang-pinangan). Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat
mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.
Tanaman ini hampir mirip dengan
pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah
daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena
batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil
atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering
ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat
mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7
cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
B. Penyebaran dan
Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak
antara garis lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka,
Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai,
Philipina, Guam dan berbagai pulau di sekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller,
1964; Pratiwi (1989).
Di Indonesia tanaman aren banyak
terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah
perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak
membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat
tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan
pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh
pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik
pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan
curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah
menurut Schmidt dan Ferguson.
C. Nama Pohon Aren
disetiap Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai
banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot
(Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung
(Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Inru (Bugis Sulawesi Selatan), mana/nawa-nawa
(Ambon, Maluku).
D. Kegunaan Pohon
Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan,
baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan
berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.
a. Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang
dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi
tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup
dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang
langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik
pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon pencegah erosi longsor.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren
dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar
aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam
Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai
obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan
sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan
sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai
sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun,
mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut)
yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun dan
pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan
tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan
menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi
gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan
makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es, kolak
atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.
7. Penanaman Pohon Aren .
A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak
secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman
dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan)
tanaman aren secara besar-besaran. Langkah yang perlu dilakukan dalam
pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
·
Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun
lebat.
·
Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging
buah lunak).
·
Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
·
Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan
membelahnya.
Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
·
Ukuran biji relatif besar
·
Berwarna hitam kecoklat-coklatan
·
Permukaan halus (tidak keriput)
·
Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa
buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan
menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan
antara lain dengan cara :
·
Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji
dari buahnya.
·
Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain,
ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
·
Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren
ketika kita sedang mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih
dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan
dengan memasukan buah aren ke dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni
yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan
memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian
biji.
a. Pengadaan bibit
dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami
dibantu oleh binatang yaitu musang, monyet dan tupai. Binatang tersebut memakan
buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya
bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk
menanamnya di lapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit
diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat
langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan
memasukan anakan ke dalam kantong plastik (polybag) selama 2-4 minggu.
b. Pengadaan bibit
melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam
jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit
dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren
berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan
biji sebelum disemai yaitu :
- Merendam biji dalam larutan HCL
dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
- Meredam biji dalam air panas
bersuhu 50º selama 3 menit.
- Mengikir biji pada bagian dekat
embrio.
- Media penyemaian dapat dibuat
dengan kantong plastik ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan
tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran
drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan ke dalam kantong
plastik tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan
lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
- Untuk mencapai bibit siap tanam
di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
- Pemeliharaan bibit di persemaian
dilakukan dengan cara :
- Penyiraman 2 kali sehari, pagi
jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
- Penyiangan persemaian yaitu
menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
- Pemberantasan hama dan penyakit,
apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat
dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari.
Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari
vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau
pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan
ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9
m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah
dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang
tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya
diberi naungan atau peneduh.
Sistem agroforestri/tumpangsari,
ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu di antara
kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau
tanaman palawija
D. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil
dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman
aren meliputi :
a. Pengendalian
Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren
belum terlalu banyak diketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat lakukan
dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain
seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae
antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu
(Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren
ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang.
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
1.
Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama
ditebang dan dibakar.
2.
Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu
seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering
menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang
disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini
dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan
tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada
tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian
gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren
umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan
kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai
tanaman berumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara
mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada
tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk
kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah
digemburkan tanahnya.
8. Pemungutan Hasil
A. Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka,
hampir semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk
yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai
berikut :
1.
Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah
tangga.
2.
Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
3.
Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
4.
Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet
(cendol).
5.
Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah
tangga.
B. Panen
Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren
yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya
keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang
mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan
dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya
berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat
ijuk itu menempel.
Lempengan-lempengan anyaman ijuk
yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi
ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk
membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar,
digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk
membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.
Nira
Nira aren dihasilkan dari
penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan
tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan
kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira
hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan
yaitu :
- Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan
yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat
jika di sebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning
tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
- Pembersihan pongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta
mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
- Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama
tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan
kurang lebih 250 kali.
- Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah
dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira,
dilakukan dengan cara menoreh (dilukai) pongkol (tandan) bunga tersebut.
Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap
disadap.
- Penyadapan dilakukan dengan memotong pongkol (tandan) bunga
pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung
bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
- Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi
dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan
potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira
dapat keluar dengan lancar.
- Setiap pongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan
penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mengering. Hasil dari air aren
dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan
dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung
pati/tepungnya dengan cara :
- Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)
- Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 –
12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
- Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat
tepung/pati yang menempel.
- Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
- Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa
bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
- Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
- Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air
bersih (diekstraksi).
- Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan
pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih
dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
- Hasil endapan dijemur sampai kering.
- Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti
mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh
dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga
biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan
berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek,
endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk
membuat kolang-kaling :
- Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji
dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji
yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
- Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam
1-2 jam. Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan
untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang
sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
- Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik (bersih dan kenyal) inti biji yang sudah
dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. Setelah direndam dalam air
kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siap untuk dipasarkan.
9.
Budidaya dan Analisa pendapatan Gula Aren
Prospek
emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang,
seorang waliyulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu
dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kanjeng
Sunan Bonang.
Singkatnya
menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan mengatakan bahwa kalau
ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat
emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yang bergelantungan.
Emas
adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata
baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa Indonesia baru menyadari isyarat
tersembunyi atau rahasia emas si pohon Aren. Kanjeng Sunan memang tidak
menjelaskan secara jelas, namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya
melalui ilmunya seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka
Jaya.
Ternyata
emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga,
baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah
maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau
alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6, 8 atau 12 tandan bunga
betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina,
namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja
sampai akhir.
Tandan
bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya
muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga
selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai
pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari
seorang petani aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur, diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya
mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira
dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya mencapai 40 liter Nira setiap
hari per pohon. Setiap hari dilakukan dua kali sadap, yaitu pagi sekitar jam
7.00 dan sore sekitar jam 17.00. Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari
pada yang sore hari. Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu
sekitar jam 03.00 s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa
seperti manusia kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang
banyak.
Seandainya pohon aren
ini dikebunkan seperti sang pendatang dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan
bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup,
pengelolaan menejemen kebun yang memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari
pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar
dengan jarak yang tidak beraturan.
- Perhitungan produksi gula aren per hari :
- 1 Ha = 250 Pohon aren
- 1 Pohon aren = 10 liter nira
- 100 Pohon / hari = 1.000 liter nira
- Produksi gula merah (gula aren) / Kg = (24% x Volume Air
Nira)
- Produksi gula aren per hari = 24% x 1.000 liter = 240 Kg
- Harga Jual Petani Rp5.000/Kg
- Pendapatan kotor petani per hari = 240 x Rp5.000 =
Rp1.200.000 / hari
Perhitungan Laba-Rugi Produksi
Gula Aren per Hari.
- Pendapatan Rp1.200.000
- Bahan baku & bahan penolong Rp100.000
- Upah penyadap 4 orang @ Rp30.000 = Rp120.000
- Upah pengolah 3 orang @ Rp40.000 = Rp120.000
- Kemasan Rp100.000
- Transport (Rp50.000/100Kg) Rp120.000 +
- Total
Biaya Produksi Rp560.000-
- Laba / Keuntungan Rp640.000
Berdasarkan perhitungan di atas
dapat kita ketahui bahwa dari setiap hektar kebun yang ditanami 250 pohon aren
(nira), memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan bersih para petani
sebesar Rp640.000 per harinya.
Tentu
pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap sebanyak 3-5 orang,
tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap hektarnya kebun sudah menyerap
tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi pendapatan kepada petani pemilik yang
demikian besar.
Dari illustrasi diatas memberi gambaran bahwa potensi
produksi gula aren sangat menjanjikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Bukankah ini yang dimaksud dengan
kemakmuran, yaitu petani dengan pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran,
roda ekonomi di pedesaan akan berjalan lagi , artinya prospek emas dari pohon
Aren itu akan menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri,
seperti isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang.
Semoga Proposal ini dapat menjadi media sedekah Anda dan menjadi jalan kebaikan bagi sebanyak-banyak orang.
Laporan Penerimaan Dana Sedekah Pohon Enau dapat di lihat di link berikut ini:
Sumber: http://software-komputer.blogspot.com/2008/07/budidaya-aren-jual-benih-aren.html